VICTORY NEWS MANGGARAI BARAT- Ratusan siswa-siswi SMP Negeri III Lembor di Kampung Rangga,Desa Pong Majok,Kecamatan Lembor terpaksa dan SDN Mbuku di Desa Bungku Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dalam ruangan kelas darurat tanpa lantai berdinding bambu.Lantaran minimnya jumlah ruangan kelas yang dibangun dengan tembok.
Dua lembaga pendidikan tersebut memiliki Empat ruangan kelas yang kondisinya tidak layak untuk melaksanakan KBM. Itu seperti kondisi bangunan yang terbuat dari Kayu dan berdinding bambu serta berlantai tanah. Disaat musim hujan tiba,KBM tidak berjalan lantaran ruangan kelas banjir.
Kepala Sekolah SMP Negeri III Lembor,Stefanus Fandi, Minggu (21/8/2022) mengisahkan, SMP Negeri III Lembor diresmikan sejak tahun 2012 lalu. Pada tahun 2012 para siswa melaksanakan KBM pada sore hari dengan meminjam ruangan kelas milik SDK Rangga hingga tahun 2014.
Warga Kampung Rangga bersama orangtua murid kemudian membangun ruangan darurat dengan tujuan agar para pelajar tidak lagi mengunakan ruanga kelas milik SDK Rangga untuk KBM. Sehingga tahun ajaran baru pada 2014/2015 ratusan siswa SMP Negeri III Lembor melaksanakan KBM pada 7 ruangan kelas darurat berlantai tanah dan berdinding bambu.
Pada awal Februari tahun 2017 lalu, Tujuh ruangan yang darurat diterpa angin kencang dan hujan badai. Sehingga KBM tidak berjalan normal. Warga Rangga bersama orang tua murid kemudian kembali membangun Lima ruangan kelas darurat agar ratusan siswa di SMP Negeri III tersebut kembali melaksanakan KBM dengan normal.
Baca Juga: Sopir dan Nelayan Kesulitan Mendapatkan BBM
"Awal Februari 2017 Tujuan ruangan hancur semua karena angin kencang dan saat itu memang musim hujan. Apalagi bangunan darutat itu mengunakan kayu dan berdinding bambu," tutur Stefanus Fandi.
Dia mengaku sekolahnya, mendapat proyek pembangunan ruangan kelas permanen sebanyak dua ruangan pada tahun 2013. Dua ruangan tersebut digunakan untuk ruangan guru dan kantor sekolah. Setiap tahun SMP Negeri III hanya mendapat proyek satu ruangan kelas sehingga total ruangan kelas yang dibangun permanen hingga tahun 2017 sebanyak Lima ruangan.
Jumlah siswa yang mencapai 378 siswa dan terbatasnya ruangan kelas sehingga KBM dibagi dalam dua waktu. Untuk kelas 1 sebanyak 5 kelas melaksanakan KBM pada sore hari mulai pukul 12.00 WITA hingga pukul 17.30 WITA. Sedangkan siswa kelas II dan III sebanyak 8 kelas terpaksa melaksanakan KBM mulai pukul 7.15 Wita sampai Pukul 12.50 WITA.
Stefanus menjelaskan, Lima ruangan darurat tersebut dibangun secara swadaya oleh warga dan orangtua murid. Orangtua murid memiliki semangat yang tinggi untuk membangun ruangan darurat. Apalagi jumlah siswa cukup tinggi mencapai 400 siswa. Pada tahun 2018 SMP Negeri III Lembor mendapat proyek pembangunan 4 ruangan kelas dengan sumber dana DAK dan Dana APBN.
jika nantinya 4 ruangan kelas permanen sudah dibangun,maka pihaknya hanya membutuhkan satu ruangan kelas lagi untuk KBM bisa berjalan pada pagi hari.
Baca Juga: DKPP Manggarai Barat Sidak Ikan Asal Sulawesi Selatan
Sementara, Guru SDN Bungku, Kristiani L. Suet, menjelaskan, di sekolah itu terdapat Empat ruangan kelas dan tidak memiliki ruangan kantor. Seng-seng pada atapnya berwarna coklat tua, pananda sudah karat. Konstruksi atapnya juga sudah tak ideal. Nampak ada titik landai di bagian tengah atap karena balok penyangga sudah retak.
“Di sini terdapat empat ruangan kelas saja. Semua ruangan kelas seperti tidak layak.Tidak ada ruangan kantor sekolah,” ungkapnya.
Dia merincikan, dalam satu ruangan, terdapat Dua kelas yang bergabung. Mereka terpaksa menyekatnya menggunakan tripleks.Sedangkan dua ruangan lainya yaitu, kelas Satu dan Kelas Tiga ditempatkan pada ruangan yang roboh. Siswi-siswa melaksanakan KBM didalam ruangan darurat sejak berdirinya SDN Bukung pada 2012 lalu.
Kristiani mengaku, dirinya merasa sangat sedih dengan kondisi sekolah yang tempat dirinya mengajar tersebut.Karena kondisi demikian, dirinya berharap, agar berbagai pihak yang peduli dengan kondisi sekolah dapat memberikan perhatian.
Baca Juga: HNSI Desak Petugas Usut Tuntas Ikan Berformalin
“Terutama pada pemerintah daerah agar bisa memberikan fasilitas belajar yang memadai di sekolah kami. Sehingga anak-anak boleh menikmati kegiatan KBM dengan baik,” pungkasnya.***