VICTORY NEWS MANGGARAI BARAT-Pendapatan Warga Pulau Komodo, Desa Komodo, Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat berkurang atau turun dratis.Hal itu disebabkan masih sepinya kunjungan wisatawan.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Komodo, Iskanda, Sabtu (17/9/2022 di Labuan Bajo merincikan, jumlah penduduk Desa Komodo sekitar 2.000 jiwa atau sekitar 500 Kepala Keluarga (KK). Sebagian besar warga Desa Komodo bekerja sebagai nelayan.
Selain itu, ada pegawai dan para pengusaha di sektor pariwisata seperti pemandu wisata, penjual souvenir, usaha kuliner, pematung dan lain-lain. Namun, sejak wabah virus corona kian menyebar pada Tahun 2020 lalu, usaha di sektor pariwisata juga terkena imbasnya. Pasalnya, tidak ada kunjungan wisatawan ke tempat-tempat wisata di Manggarai Barat.
“Akibatnya, warga yang bekerja di sektor pariwisata dan usaha-usaha lainnya kesulitan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat terancam kelaparan,”beber Iskandar.
Baca Juga: Masyarakat Pulau Mesah dan Papagarang Titip Berbagai Persoalan Kepada Bupati Manggarai Barat
Ia mengatakan, pengrajin souvenir dan nelayan di Pulau Komodo mengakui pendapatan berkurang hingga 70 persen imbas dari sepinya pengunjung di kawasan TNK. Saat ini, kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo rata-rata 40 orang setiap hari.
Sehingga penjual souvenir tidak dapat mengais rejeki dilapak-lapak yang disediakan didalam kawasan TNK.
"Sekarang Pulau Komodo sepi, tidak ada pembeli dan pesanan juga tidak ada lagi.Masyarakat Komodo saat ini hampir 100 persen bergantung pada sektor pariwisata," kata Iskandar.
Untuk bertahan hidup, lanjut Iskandar, warga Desa Komodo mencari siput laut dan dijual dengan harga Rp 30 Ribu per kilogram. Warga Pulau Komodo terpaksa menjual siput laut dengan harga murah agar bisa mendapat uang untuk membeli beras dan kebutuhan sehari-hari.
Dirinya meminta perhatian Pemerintah pusat dan daerah untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti bantuan Sembilan Bahan Pokok (Sembako).
Iskandar mengatakan saat situasi normal pendapatan penjual souvenir di kawasan TNK mencapai Rp 1 Juta hingga Rp 2 Juta setiap hari.Dimana wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata TNK membeli patung komodo.
Baca Juga: Suzuki East Marine Buka Diler Di Labuan Bajo
Pasca penutupan obyek wisata TNK tahun 2020, penjual souvenir tidak lagi mendapat keuntungan. Sehingga puluhan penjual souvenir dan pengrajin di Pulau Komodo terpaksa beralih profesi dengan menjadi nelayan.
Ia berharap, agar kunjungan wisatawan meningkat, sehingga perekonomian masyarakat di Pulau Komodo kembali normal seperti sebelum adanya virus corona.Tentu kondisi sepinya pengunjung, akan mengancam pendapatan masyarakat di Pulau Komodo yang bergantung pada sektor pariwisata.
Hal senada diungkapkan,Warga Desa Komodo,Abu Bakar.Menurutnya,warga Desa Komodo saat ini mengalami kesulitan ekonomi akibat belum normalnya sektor pariwisata.
Warga mencari siput laut dan dijual dengan harga yang sangat murah yakni Rp 25-30 Ribu per kilogram. Padahal, harga normalnya Rp100 ribu per kilogram. Warga terpaksa menjual dengan harga murah untuk mendapatkan uang guna membeli beras dan kebutuhan lainnya.
Baca Juga: PMI Manggarai Barat Simulasi Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
"Kami di sini hanya bergantung pada hasil laut dan sektor pariwisata. Namun, sekarang kami hanya bertahan hidup dengan siput laut,” kata Abu Bakar.
Ia menjelaskan, saat ini penghasilan masyarakat di Pulau Komodo sudah berada dalam tekanan, karena belum ramainya kunjungan wisatawan di kawasan TNK.Selama ini warga Pulau Komodo hanya mengandalkan pemasukan dari hasil menjual souvenir.
Sehingga penutupan obyek wisata di kawasan TNK tentu akan memberikan ancaman bagi pengrajin dan penjual souvenir patung Komodo
Kepala Desa Komodo, Haji Aksan yang dihubungi media ini membenarkan, pendapatan masyarakat di Pulau Komodo menurun.Menurutnya,hampir 100 persen masyarakat di Pulau Komodo melakukan bisnis disektor pariwisata dengan menyediakan home stay di rumah dan menjual souvenir.
Baca Juga: Macang Pacar Dapat Proyek Puskesmas Pariwisata
"Pendapatan menjadi nelayan tidak sebanding dengan pendapatan saat menjual souvenir. Nelayan di Pulau Komodo juga selama ini kesulitan membeli Bahan Bakar Minyak (BBM).Nelayan harus ke Labuan Bajo membeli BBM.Harga BBM terbilang sangat mahal dan ikan yang dihasilkan oleh nelayan tidak banyak,"turur Aksan.***